Tampilkan postingan dengan label screen section. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label screen section. Tampilkan semua postingan

Karena Mama, Seorang Ibu

Malam tadi, di tengah-tengah aktivitas Mama membuat Pempek pesanan sejumlah orang dan melipat pakaian yang kukerjakan dengan setengah malas karena demam yang masih menyerang, kami berbicara tentang vonis 12 tahun yang dijatuhkan kepada mantan putri Indonesia yang cantik itu, berikut ganti rugi puluhan miliar rupiah yang harus dibayarnya. Semua, pastinya, tidak akan pernah setuju dengan apa yang telah dilakukannya. Tapi Mama tidak memandangnya begitu. Sebagai seorang ibu yang setelah pensiun Papa ikut membantu jalannya roda perekonomian di rumah, ehem... maaf, agak berat dan ke-vicky-an yah bahasanya , beliau merasa iba yang sangat terhadap sang putri.

“Gimana anak-anaknya, coba? Lain lho nak, anak yang diasuh ibunya sejak kecil sama yang nggak”
“Iya sih ma, tapi kan dia juga emang salah,” responku.
“Tau mama, tapi biasanya gak pernah kan sampe seberat ini hukumannya, MK aja cari muka”
Aku tergelak, setuju sebenarnya dengan pendapat Mama.
“Kasihan anaknya itu, udah yatim, ibunya di penjara... gak bisa bayangin Mama”
........
Dan wajah itulah yang ku lihat!

Cerita Sang Raja

Dia menatap lelaki yang tengah terlelap di hadapannya. Kelelahan membayang jelas di rupawan wajahnya.
“kasihan,dia begini demi kami semua,” batinnya haru.
Spontan, jemarinya menyentuh setiap lekuk yang terpahat di sana, pelipis, mata, hidung, bibir, dagu. Hatinya dipenuhi buncahan rasa bangga, cinta. Kenyataan bahwa dirinya dipilih dari sekian wanita yang mengelilingi pria ini membuatnya senantiasa percaya kekasihnya adalah anugerah terindah di hidupnya. Dan kini… sang objek terjaga, mengeliat, mengerjapkan mata sebelum berkata lemah.
“belum tidur, Ratuku?”.
dia menggeleng.
“kenapa?”
“entahlah, selalu suka melihat wajah Yang Mulia saat tidur”
“oohh…, sini”
Dia dipeluk hangatnya sekarang, merasakan debarnya juga debar kekasihnya.
*******

Enam jam sebelumnya.
“tidak ada yang melihat kita kan, sayang?”
“sepertinya tidak” sang pria menjawab. Diamatinya sang gadis dengan seksama.
“sayang sudah siap, kan?”

Re-post My FB's Note: cuma sebuah catatan kecil di momen besar lebaran


Lagi
Lebaran kita tanpa ketupat, tanpa opor ayam
Kemarin ibu gagal dapat zakat
Terlalu banyak yang datang Sayang...
Berdesak
Bersumpah serapah
Berebut

Lebaran kita tanpa baju baru
Meski ibu tahu
Kau begitu malu dengan blus biru usang yang ibu temukan teronggok di TPA tahun lalu

Lebaran kita mungkin akan terus begini, Sayang
Tapi ingatlah
Pada puasa-puasa kita yang kerap tanpa buka, yang hanya untuk-Nya
Pada malam-malam dimana kita merasa Dia begitu ada
Pada keajaiban-keajaiban kecil yang dititipNya dalam hidup hingga kita Ridha akan apapun ketetapan-Nya
Percayalah,
Lapar kita
Dahaga kita
Kepapaan kita
Akan terbayar kelak di Surga-Nya

Selamat lebaran, Sayang...

*Petuah Lebaran Sang Pemungut Sampah kepada Anaknya*

dicatat kala derai takbir subuh nan ritmis mengalir, 20 Sep 09 jam 5.00 Wita

tentang kado yang aku berikan tapi kemudian aku pinjam


Dia satu-satunya ‘sosok i’ yang masih bisa ku lihat, masih bisa ku dengar langsung suaranya, masih bisa ku jabat tangannya. Aku menyebutnya ‘Yang Mulia’:) lebih karena dia merasa pantas memperlakukanku bak seorang ‘Putri’. Tidak banyak waktu yang diperlukannya untuk menjadi bagian dari memoar kehidupanku. Yah…, he’s got all my sympathy. Dulu, sekarang, mungkin juga nanti.

when have to choose

These two days, I felt awful. not because I’d to prepare things 4 my promotion job which forced me to go here n there, in n out office to office, or early go n home late. It started when the big boss asked me to work in the head office regency. I’m honor at first. They thought, I would work better if I joined them. They also told me about the prestige, n the nicely things. But….

When I sat behind my desk, the desk which had accompanied me 4 few years. Touched the filling cabinet where I put all my stuff. Played Hangoroo in the notebook n looked around the room, I couldn’t describe what I felt deep inside.
Then I remembered eM, how I really want 2b in his class at Ungaran or Surabaya. The others name: Teh Ita, Cak Upik, K Fauzi, Bang Ibad, P Agus, P Er, P Faizal, P Isma, P Dede, Mr. Ozank. God! How could I 4get them?

tanuhi oh.. tanuhi..

Biasanya aku dapet gambar2 begini nih cuma kalo lagi k malang ato ke ungaran ato daerah belahan sumatera-ku tercinta (hehe, chauvinism kronis kambuh). tapi taukah teman, setelah lewat 5 taun tinggal di bumi sanggam balangan, baru kali ini aku ‘dipaksa’ terpesona karena eksotisme sebuah desa. tanuhi namanya, di kecamatan loksado, hulu sungai selatan.
Adalah yulia n aan, anak2 purna prakarya muda Indonesia (ppmi) yang sibuk2 mengancamku, hingga akhirnya aku memutuskan memenuhi undangan untuk spending weekend bareng sekitar 60-an anak purna lainnya.
Buat yang belum tau purna, aku kabar-kabari nih. pernah dengar pertukaran pemuda kan? nah, taun 2005 lalu, aku sempet ikut program ini di Palembang n ngumpul ma yulia, aan plus jali (slamet ya pak, jadi kepala suku ppmi sekarang;)). Setiap yang pernah ikutan pertukaran otomatis jadi anggota ppmi.

tentang konsekuensi

konsekuensi menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti akibat dari suatu perbuatan/tindakan. setiap langkah yang kita ambil mengandung konsekuensi dengan atau tanpa kita sadari. saat kita memutuskan untuk menerima kehadiran seseorang yang 'tidak biasa' dalam hidup kita misalnya, konsekuensi yang mungkin ada adalah penolakan dari pihak keluarga yang menganggap we deserve better. belom lagi petuah temen kantor atau pendapat tetangga (yang rese sebenarnya
).

hidup mengharuskan kita membuat pilihan, dan setiap pilihan berarti konsekuensi. sama halnya ketika jumat lalu aku memilih untuk membolos kerja, setelah segudang deadline dan job-list-table ku terselesaikan. merasa pantas untuk me-refresh diri dengan hang out bareng temen2 kantor (yang entah kenapa juga memilih bolos hari itu). tidak ada beban. tidak ingin merasa bersalah
. makan steak di food court, nonton di 21, baca berlama2 di gramedia, lalu shopping yang sebenernya tidak perlu. dalam sehari,kami menghabiskan waktu (dan rupiah juga hehe). dan ketika senin tiba..