Malam tadi, di tengah-tengah aktivitas Mama membuat Pempek pesanan sejumlah orang dan melipat pakaian yang kukerjakan dengan setengah malas karena demam yang masih menyerang, kami berbicara tentang vonis 12 tahun yang dijatuhkan kepada mantan putri Indonesia yang cantik itu, berikut ganti rugi puluhan miliar rupiah yang harus dibayarnya. Semua, pastinya, tidak akan pernah setuju dengan apa yang telah dilakukannya. Tapi Mama tidak memandangnya begitu. Sebagai seorang ibu yang setelah pensiun Papa ikut membantu jalannya roda perekonomian di rumah, ehem... maaf, agak berat dan ke-vicky-an yah bahasanya
, beliau merasa iba yang sangat terhadap sang putri.
“Gimana anak-anaknya, coba? Lain lho nak, anak yang diasuh ibunya sejak kecil sama yang nggak”
“Iya sih ma, tapi kan dia juga emang salah,” responku.
“Tau mama, tapi biasanya gak pernah kan sampe seberat ini hukumannya, MK aja cari muka”
Aku tergelak, setuju sebenarnya dengan pendapat Mama.
“Kasihan anaknya itu, udah yatim, ibunya di penjara... gak bisa bayangin Mama”
........
Dan wajah itulah yang ku lihat!

“Gimana anak-anaknya, coba? Lain lho nak, anak yang diasuh ibunya sejak kecil sama yang nggak”
“Iya sih ma, tapi kan dia juga emang salah,” responku.
“Tau mama, tapi biasanya gak pernah kan sampe seberat ini hukumannya, MK aja cari muka”
Aku tergelak, setuju sebenarnya dengan pendapat Mama.
“Kasihan anaknya itu, udah yatim, ibunya di penjara... gak bisa bayangin Mama”
........
Dan wajah itulah yang ku lihat!