Beriring barakallah segenap kerabat sahabat Berhias kesucian hati dan niat Berlinang isak Berangkai tasbih, tahmid Hari ini, tepat jam sembilan pagi Sebuah babak baru, di hidupku, di hidupmu, dimulai...
Allahumma inni asaluka khoirohaa wakhoiro maa jabaltahaa 'alaihi waa'uudzubika min syarrihaa wasyarri maa jabaltahaa 'alaihi
(13 Desember 2013, Nop~Abskk)
just the ordinary girl's room:)
Pages
Labels
- concern's chamber (5)
- man (4)
- me (19)
- petty's part (17)
- romance's room (6)
- screen section (7)
- work files (3)
Tampilkan postingan dengan label romance's room. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label romance's room. Tampilkan semua postingan
131213
Eat Pray Love di Celoteh Makan Siangku

Elizabeth ‘Liz’ Gilbert di usia pertengahan tiga puluhannya menjalani kehidupan sempurna. Karier bagus, suami mapan, rumah megah, semua yang diimpikan wanita. Terjaga di suatu malam dan memandang sang suami tergolek di sebelahnya, membuatnya menangis. Dia mencintainya tapi tak mengerti kemana rasa itu sekarang. Dia menginginkan rumah ini tapi tak mengerti kenapa dia begitu ingin pergi. Dan ketika gejolak itu tak tertahan, dia memilih menghilang lewat pintu belakang.
Dalam proses perceraian yang mentah-mentah ditolak Stephen, suaminya, Liz bertemu David, aktor dari sebuah kelompok teater tak bernama. Tidak merasa benar-benar jatuh cinta padanya tapi Liz menjatuhkan diri di pelukkannya, sekian lama.. hingga Stephen melepasnya.
David berusia jauh di bawah Liz, hidup sederhana dengan gaji seadanya sebagai tukang cuci di sebuah perusahaan laundry, pecinta yoga, dan pengagum guru dari India. Dan tetap saja Liz kembali terjaga di suatu malam, menatap, menangisi dirinya dan berkata “aku tak bisa bersamanya!”.
iseng sajah
“u dun even luv me, rite?” the woman whispers.
No answer from the man, but he hold her hands tightly.
“cmon hon, just answer me!”
He stares at her eyes, so close to her face.
“listen, I dun wanna judge our relationship. I enjoy wat we’ve now”
No answer from the man, but he hold her hands tightly.
“cmon hon, just answer me!”
He stares at her eyes, so close to her face.
“listen, I dun wanna judge our relationship. I enjoy wat we’ve now”
is it a poem?
dia berdiri di tepi jalan
dengan sebatang rokok menyala terselip di antara jarinya
dibalik kacamata tebal hitamnya
dia memandang lurus ke seberang
entah pada pasangan yang tengah berciuman meski tau mereka di halte bis
atau pada lelaki tua pemulung berpakaian kumuh yang berjalan terseok
dia menarik kedua sudut bibirnya
menghadirkan sebuah senyum
sinis!
dihisapnya si rokok kini
dalam...
dengan sebatang rokok menyala terselip di antara jarinya
dibalik kacamata tebal hitamnya
dia memandang lurus ke seberang
entah pada pasangan yang tengah berciuman meski tau mereka di halte bis
atau pada lelaki tua pemulung berpakaian kumuh yang berjalan terseok
dia menarik kedua sudut bibirnya
menghadirkan sebuah senyum
sinis!
dihisapnya si rokok kini
dalam...
sosok-sosok 'i'
Mereka meresahkanku
Membingungkan
Membuyarkan tenang
Membakarku dalam cemburu
Membius hilang batas sadar
Membanjiriku emosi
Yah…
Merekalah yang secara tak terduga mendominasi dasawarsa hidupku, yang secara beruntun memaksaku memasuki dimensi baru dalam dunia semu. Dunia yang menjanjikan manisnya tawa, sedapnya tangis, enaknya pahit, hanya dengan menghabiskan waktu bersama mereka. Dunia yang mewarna-warni, merah-biru malam, kuning-jingga pagi, juga pelangi siang hari. Dunia bernama cinta, katanya!
Dan aku…
Membingungkan
Membuyarkan tenang
Membakarku dalam cemburu
Membius hilang batas sadar
Membanjiriku emosi
Yah…
Merekalah yang secara tak terduga mendominasi dasawarsa hidupku, yang secara beruntun memaksaku memasuki dimensi baru dalam dunia semu. Dunia yang menjanjikan manisnya tawa, sedapnya tangis, enaknya pahit, hanya dengan menghabiskan waktu bersama mereka. Dunia yang mewarna-warni, merah-biru malam, kuning-jingga pagi, juga pelangi siang hari. Dunia bernama cinta, katanya!
Dan aku…
pulp fiction
I wrote this short story on February 2002 (when I was young hehe). N although I couldn’t believe, it had published on Gotcha Tabloid July 2002 period. I post it here before I lose it (I’m bad in archiving):D
“Have you worked on Mr. Manurung’s paper, Yan?”
Yan didn’t answer it. She kept her eyes busy staring at a couple boys under Akasia tree. I knew Andra was there.
“Yan…,” I reminded her.
“Oh, what? Man U? No, no… I watched Lega Calcio last night,” hurriedly she answered. My God! What she’s talking about. Did she forget that I hate Soccer. Swear!
“Juve won!,” she added.
I gave her my sweetest smile. And a few second then, when she looked at me I knew her mind had worked just as usual.
“you don’t like soccer!”
I laughed.
“Come on Re, what did you say?”, she was curious.
‘Ree….,” she shook my shoulder. But I laughed more and more loudly.
“Have you worked on Mr. Manurung’s paper, Yan?”
Yan didn’t answer it. She kept her eyes busy staring at a couple boys under Akasia tree. I knew Andra was there.
“Yan…,” I reminded her.
“Oh, what? Man U? No, no… I watched Lega Calcio last night,” hurriedly she answered. My God! What she’s talking about. Did she forget that I hate Soccer. Swear!
“Juve won!,” she added.
I gave her my sweetest smile. And a few second then, when she looked at me I knew her mind had worked just as usual.
“you don’t like soccer!”
I laughed.
“Come on Re, what did you say?”, she was curious.
‘Ree….,” she shook my shoulder. But I laughed more and more loudly.
Langganan:
Postingan (Atom)
About Me
- nop.rianti
- u..., describe me;)