Cerita Sang Raja

Dia menatap lelaki yang tengah terlelap di hadapannya. Kelelahan membayang jelas di rupawan wajahnya.
“kasihan,dia begini demi kami semua,” batinnya haru.
Spontan, jemarinya menyentuh setiap lekuk yang terpahat di sana, pelipis, mata, hidung, bibir, dagu. Hatinya dipenuhi buncahan rasa bangga, cinta. Kenyataan bahwa dirinya dipilih dari sekian wanita yang mengelilingi pria ini membuatnya senantiasa percaya kekasihnya adalah anugerah terindah di hidupnya. Dan kini… sang objek terjaga, mengeliat, mengerjapkan mata sebelum berkata lemah.
“belum tidur, Ratuku?”.
dia menggeleng.
“kenapa?”
“entahlah, selalu suka melihat wajah Yang Mulia saat tidur”
“oohh…, sini”
Dia dipeluk hangatnya sekarang, merasakan debarnya juga debar kekasihnya.
*******

Enam jam sebelumnya.
“tidak ada yang melihat kita kan, sayang?”
“sepertinya tidak” sang pria menjawab. Diamatinya sang gadis dengan seksama.
“sayang sudah siap, kan?”
Gadis, yang biasa disebutnya sebagai Dayang itu, mengangguk. Cintanya terlalu besar untuk menolak apapun yang dimaui sang terkasih. Cinta baginya adalah pengorbanan, tak ada kompromi.
“maaf harus begini, sayang. Kita tidak punya pilihan. Tapi, pada waktunya akan kuceritakan yang sebenarnya pada Ratu”.
“aku mengerti, sayang”, jawabnya disertai senyum getir. Memiliki buah cinta mereka di dalam dirinya adalah kebahagiaan tersendiri, sayang itu takkan terwujud karena sebentar lagi mereka akan mengambilnya secara paksa demi citra sosok yang dicintanya.
*******

Di bilik, dalam kastil kecil miliknya, dia menyendiri. Siapapun yang melihat akan tahu meski dia berada di situ, hati dan pikirnya tidaklah di sana. Pertemuannya sehari yang lalu dengan dambaan hati masih membekas jelas di benaknya.
“selalu betah kalau di dekatmu.”
“kalau begitu, tinggallah lebih lama,” pintanya kala itu
“pengen sih, sayangnya tidak bisa manis,” senyum terkembang mengiringi sang pujaan.
“iya… iya…, aku tahu”
“tuh ngambek kan?”
“aku kan memang bukan prioritas Yang Mulia!”
“oh come on sweetheart, if only I can turn back time… you know, my whole world will be yours”
Dan dia terdiam. Dalam haru. Dalam angan yang melambungkannya tinggi. Dia tahu pasti apa yang dirasanya untuk pria di depannya ini, tidak pernah ada, tidak akan pernah ada yang menyentuh setiap relung di dalam hatinya seperti yang mampu dilakukan sang pria.
“sudah larut, sebaiknya Tuan Putri istirahat,” teguran itu membuyarkan semua.
Dia mengangguk, dan sang Dayang pun berlalu.

*******Aku menutup lembar naskah itu, masih bingung bagaimana menentukan akhir ceritanya. Meniru gaya Eric Bana mengakhiri hidup Natalie Portman di The Other Boleyn Girl? Atau membuat Sang Putri memilih hidup sendiri hingga akhir hidupnya sebagaimana Queen Elizabeth? Atau menjadikan Ratu seperti Hillary Clinton bersikap ketika tau Sang Suami memiliki sejumlah Monica Lewinsky? Aku belum tau… Lalu, ingatanku melayang padamu. Takkan sanggup rasanya mencintamu bak Sang Raja. Karena aku begitu biasa, putri jelata yang hanya berani bermimpi saja. Jadi bolehkah aku mencintamu sebagai seseorang yang biasa saja. seseorang yang akan kupanggil Kanda?....

0 komentar: