Tampilkan postingan dengan label concern's chamber. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label concern's chamber. Tampilkan semua postingan

Ya, Pak Imam.. Anda benar!


Ada yang menarik dari dialog di Kabar Pagi TV One tadi. Sosiolog UI, Imam Prasojo, berkata bahwa saat ini negara kita berada dalam keadaan culture of fear. Kalau gak salah tangkep sih, ini adalah jenis penyakit massal yang diderita suatu komunitas karena keadaan tertentu. George W Bush, disebut-sebut pernah mengidap penyakit ini, sehingga membabi buta memburu Irak pada masa pemerintahnya. Selain itu Pak Imam juga mendeteksi gejala culture of humiliation, yang ini adalah kondisi dimana publik merasa terhina setelah acap kali dilecehkan. Penyebab kedua kondisi ini tak lain kesemrawutan yang ada dan nyata di kehidupan kita. Siapa yang tidak takut kalau ke sekolah anaknya bakal diculik, ke bank mungkin dirampok, di dapur ajah kompor kerap meledak. Belum lagi suguhan informasi yang kadang hiperbola di media massa pun elektronik, tentang teroris, tentang korupsi, tentang pornografi, atau potensi tsunami.
Sementara itu orang-orang yang disebut pihak berwenang, pihak yang disebut berwajib sibuk mengurusi kepentingannya sendiri, sibuk memikirkan apalagi yang bisa dikeruk dari negeri ini. Boro-boro

Sekali Lagi Catatan tentang Negeri


"Bu, ibu pilih Bapak nomer *cencored* kan? kan kita dah dikasih duwit"
kalimat itu aku dengar kemarin, saat berniat berangkat ke te-pe-es, dari seorang bocah usia 6 tahunan yang tepat berada di depanku. Ibu anak itu sedikit terperangah tapi tak urung tersenyum padaku sembari bertanya: "dapet juga, mbak?"
Aku menggeleng, dan setelah berbasa-basi sebentar, putar haluan, kembali ke rumah, kembali ke kamar, kembali ke laptop.

Ironis!
Harusnya kejadian itu gak berlangsung di depanku, aku yang memang sudah sangat apatis terhadap penyelenggaraan pemilu. Yang sudah skeptis terhadap orang-orang yang melakukan apapun untuk jadi nomer satu. Sampai kapan begini?

sedikit cerita tentang negeriku

Konon katanya negeri tempat aku lahir ini sangat amat kaya, meski belakangan aku baru tahu setiap jiwa yang bermukim di atasnya (yang kalau menurut prediksi BPS bakal menjadi 231 juta jiwa tahun ini) ‘harus’ berpartisipasi minimal sebesar 5 juta rupiah untuk dapat membantu melunasi hutangnya. wew! Silakan hitung sendiri ajah totalnya, aku sih males

Konon pula negeri ini adalah negeri yang ramah dan bertatakrama, sampai akhirnya aku melihat tawuran sesama mahasiswa, demonstrasi berdarah, pun senioritas yang menghilangkan nyawa. Ah.., begitukah cara bersapa dan bercengkrama?

tentang hari ini


bukan tentang palestina yang berduka atau tentang barrack obama yang disumpah ulang pun tentang penolakan organda atas turunnya tarif angkutan umum. aku cuma mo kasih tau kalo hari ini aku jadi saksi kebahagiaan sekaligus kekecewaan temen-temenku... dan menyadari bahwa kita hanya menjalani peran yang skenario-Nya tidak dapat kita baca.
melihat seorang temen yang sepanjang hidup hanya kemudahan dan kemudahan yang didapat, lulus PMDK dan masuk jurusan favorit di PTN ternama, sehari setelah wisuda dapat tawaran kerja di RS terkenal pula, dan ketika dia memutuskan berhenti untuk ikut tes PNS, dia pun berhasil, namanya terpampang di depan kantor Pemkab yang kami serbu setelah senam pagi tadi.

Catatan hari ke-14 Agresi Israel




“Musibah yang menimpa saudara kita di Palestina, sesungguhnya tidak seberapa dibanding musibah hilangnya kepekaan diri kita, terhadap kegetiran yang melanda saudara-saudara kita yang teraniaya. Dan tidak pernah sebuah amal dianggap kecil, jikala kita panjatkan dengan tulus. Baik melalui goresan pena, tetesan keringat, keping rupiah, atau doa-doa yang dipanjatkan dari lubuk hati yang terdalam.”

Sudah terlalu banyak yang menulis, memberitakan. Pun di tivi, koran, radio. Semua dengan label headline, berita utama atau liputan khusus. Sudah terlalu banyak yang mengutuk, mengecam. Dengan turun ke jalan demo anarkis, atau pagelaran seni. Semua tau, dunia tau, tapi sungguh Robb lebih tau. Kenapa Palestina? Kenapa umat Islam? Kenapa Israel demikian biadab? Kenapa 760 nyawa menjadi korban? Kenapa?