Dialog Ha Ti



“Come on, don’t waste your time,”
Ha menepuk-nepuk pipi gadis dihadapannya. Melihat linang air matanya jatuh sesaat kemudian.
“I love him…….”
“I know that, I can feel that….”
“No, you don’t! You’re not sitting on my chair, You do not know exactly what I feel!” Ti memprotes.
“Okay..! but I do feel hurt!” Ha membela diri
“I saw you cry, I saw you mad.. and you…. alone!”

Eat Pray Love di Celoteh Makan Siangku


Elizabeth ‘Liz’ Gilbert di usia pertengahan tiga puluhannya menjalani kehidupan sempurna. Karier bagus, suami mapan, rumah megah, semua yang diimpikan wanita. Terjaga di suatu malam dan memandang sang suami tergolek di sebelahnya, membuatnya menangis. Dia mencintainya tapi tak mengerti kemana rasa itu sekarang. Dia menginginkan rumah ini tapi tak mengerti kenapa dia begitu ingin pergi. Dan ketika gejolak itu tak tertahan, dia memilih menghilang lewat pintu belakang.

Dalam proses perceraian yang mentah-mentah ditolak Stephen, suaminya, Liz bertemu David, aktor dari sebuah kelompok teater tak bernama. Tidak merasa benar-benar jatuh cinta padanya tapi Liz menjatuhkan diri di pelukkannya, sekian lama.. hingga Stephen melepasnya.
David berusia jauh di bawah Liz, hidup sederhana dengan gaji seadanya sebagai tukang cuci di sebuah perusahaan laundry, pecinta yoga, dan pengagum guru dari India. Dan tetap saja Liz kembali terjaga di suatu malam, menatap, menangisi dirinya dan berkata “aku tak bisa bersamanya!”.

Cerita Sang Raja

Dia menatap lelaki yang tengah terlelap di hadapannya. Kelelahan membayang jelas di rupawan wajahnya.
“kasihan,dia begini demi kami semua,” batinnya haru.
Spontan, jemarinya menyentuh setiap lekuk yang terpahat di sana, pelipis, mata, hidung, bibir, dagu. Hatinya dipenuhi buncahan rasa bangga, cinta. Kenyataan bahwa dirinya dipilih dari sekian wanita yang mengelilingi pria ini membuatnya senantiasa percaya kekasihnya adalah anugerah terindah di hidupnya. Dan kini… sang objek terjaga, mengeliat, mengerjapkan mata sebelum berkata lemah.
“belum tidur, Ratuku?”.
dia menggeleng.
“kenapa?”
“entahlah, selalu suka melihat wajah Yang Mulia saat tidur”
“oohh…, sini”
Dia dipeluk hangatnya sekarang, merasakan debarnya juga debar kekasihnya.
*******

Enam jam sebelumnya.
“tidak ada yang melihat kita kan, sayang?”
“sepertinya tidak” sang pria menjawab. Diamatinya sang gadis dengan seksama.
“sayang sudah siap, kan?”