Belajar dari AISB


Bukan Pantai Kuta, bukan Tanah Lot, bukan Nusa Dua. Pertama kali ke Bali, aku justru ke tempat ini, Asian International School Bali, di Jimbaran. Adalah seorang Nurhisham Yusoff, penpal 2 tahun-ku yang mengabari keberadaan tempat ini, dan karenanya aku berterima kasih sekali.

Well, seperti kebanyakan sekolah bagus lainnya, sekolah ini dilengkapi dengan fasilitas baik. Gedung bak kastil, gym, kolam renang, sarana bermain, lapangan luas, kecanggihan IT. Masih ada lagi ruang Art n’ Music dan perpustakaan yang rapi. Tapi bukan semua itu yang bikin aku ingat terus tempat ini bahkan setelah seminggu kemudian (saat catatan ini dibuat). Melihat Mr. Sham, Mr. Koomar, Miss Debby mengajar, juga menyaksikan Miss Marilyn atau Mr. Steve atau Mr. Lucas berbicara tentang siswa mereka, aku melihat cinta. Passion.

Aah, lama sekali rasanya aku tidak menemukan itu, pada teman-teman berprofesi guru, pada dosen yang tiap weekend menjumpaiku, juga pada rekan-rekan di kantor, bahkan pada diriku sendiri.

Refleksi 2 November

Aku menatap gadis di hadapanku lekat.
tidak ada yang berubah secara fisik
senyumnya masih sama
lentik tangan ringkihnya juga.
Hanya matanya yang membuatnya berbeda..
entahlah!
aku merasa dia begitu lain
begitu asing.
padahal aku mengenalnya lama
lama sekali..
ketika mamanya harus bergulat di tengah nyawa untuk mendatangkannya
ketika sang nenek yang merajutkan baju untuknya berkata: "selamat datang, cucunda"
aku menatapnya lagi
aku tau sesungguhnya aku begitu rindu
padanya..
pada sosoknya yang lama
yang tau pasti apa yang dimaui
yang tau pasti jalan yang kan dilalui
yang tau pasti cinta kadang menyakiti
selamat ulang tahun, Nona..
jadilah dirimu lagi T_T