sedikit cerita tentang negeriku

Konon katanya negeri tempat aku lahir ini sangat amat kaya, meski belakangan aku baru tahu setiap jiwa yang bermukim di atasnya (yang kalau menurut prediksi BPS bakal menjadi 231 juta jiwa tahun ini) ‘harus’ berpartisipasi minimal sebesar 5 juta rupiah untuk dapat membantu melunasi hutangnya. wew! Silakan hitung sendiri ajah totalnya, aku sih males

Konon pula negeri ini adalah negeri yang ramah dan bertatakrama, sampai akhirnya aku melihat tawuran sesama mahasiswa, demonstrasi berdarah, pun senioritas yang menghilangkan nyawa. Ah.., begitukah cara bersapa dan bercengkrama?

Konon lagi negeri ini adalah negeri orang pintar, kalkulasi hingga formula-formula ilmiah tercipta yang tidak hanya menjadikan anak negeri juara tingkat dunia dalam olimpiade bergengsi, tapi juga juara korupsi. Yang terakhir disebut malah dianggap hal lumrah, lazim, dan mengakar sehingga sudah sepantasnya selalu diraih, dipertahankan, dan dilanjutkan. Ckckck……


Dan konon akhirnya negeri ini adalah negeri yang sangat berbudaya, yang ternyata sangat menghargai budaya ‘terbuka’, sampai sejumlah partai rela berebut menjadikan seorang selebriti ternama nan setiap lekuknya dan desah suaranya melayangkan benak para pria (well, okelah kalian boleh bilang aku iri dengan seperangkat atribut fisiknya) menjadi calon pemimpin daerah tanpa melihat secara logika, etika, dan estetika. Owh.. tolonglah, aku takut akupun akan mengikuti jejaknya, kalau beliau sampai menjabat. Bukankah tinggal serumah dengan orang terkasih tanpa ribet mengurus pernikahan itu teladannya?


Ah.. maafkan aku negeriku kalau aku tak pernah bicara banyak tentangmu, tapi sungguh itu tak pernah berarti aku tak cinta. Aku hanyalah satu dari sekian banyak yang merindukan kebaikan selalu dan ada untukmu, hingga suatu hari nanti pada anak, cucu, dan cicitku, aku akan punya cerita indah untuk dibagi tentangmu.


didedikasikan buat semua yang merasa memiliki negeri ini, terkhusus pada para widyaiswara (Mr. Ogi, Mr. Hakim, Mr. Adhan, dkk) dan rekan-rekan prajabatan angkatan 4 di Lec Banjarbaru, we know that we're gonna make a chance, rite?

7 komentar:

Rasyidan mengatakan...

First of all, really good post. I really love your concern for this country, I do share the same concern too ;-)

Second, boleh ya ngasih masukan dikit :-) Kalimat ini, " we're gonna make a chance", mungkin yang lebih tepatnya begini yah, " we're gonna make a change" ;-)

nop.rianti mengatakan...

#mas iedhan: first, thanks 4 ur compliment n ..... i luv to know ur concern;)
second, uhm.. well.. before we make a change, we must create a chance, do we?:p

#syafwan: terima kasih kunjungannya:)

coey_paringin mengatakan...

ckckck,,, template baru,, tambah keren ajah :)

Anonim mengatakan...

tampilannya lebih ok

Agoes mengatakan...

Sip templatenya

ninok eyiz mengatakan...

"Bukankah tinggal serumah dengan orang terkasih tanpa ribet mengurus pernikahan itu teladannya?" << love this Quote

blogwalking sista. salam kenal.

danke ^_

nop.rianti mengatakan...

#sanah: demi bu.. :p
#anomim: ayo ngaku mas har, kan?:-?
#bang agus: tengkiyuh bang:)
#eyiz: salam kenal balik.. thank u 4 coming;)