Bali: Untold Story



Pernah merasa sesak yang sangat, yang membuatmu ingin berlari jauh dan menggila? Atau kelelahan pada kenyataan yang seakan tak kunjung berpihak? Atau sekedar melakukan sesuatu yang kamu sendiri gak tau buat apa atau kenapa?
Karena inilah yang kulakukan beberapa pekan silam..

Tepat jam 5 sore, aku tiba di Ngurah Rai Airport, tanpa tau mau kemana dan menghubungi siapa. Iya, aku punya beberapa teman di kota ini, Bli Agus Wirama, Ni Ayu, Miss Lucia, atau Mr. Jeetendra, tapi tidak… kunjunganku tidak dalam rangka untuk merepotkan mereka. Jadi yang kulakukan setelah tiba adalah menuju Starbuck yang demikian dekatnya dari pintu keluar kedatangan. Memesan secangkir green tea frappacino ice blended mereka yang selalu saja ku suka. Duduk di sudut dan menatap puluhan pasang langkah bergegas dari bening kaca tanpa dapat menghentikan serbuan tanya: “now what?”, “where are u going to sleep?”, “what the hell are u doing here?”, “are you stupid or something?”, “Nona, u run after that guy?”


Dan seiring seruputan segarnya teh hijau yang nyaris tandas, aku akhirnya memutuskan “Bli, anter saya ke Jimbaran yah..,” titahku pada seorang supir taxi teramah yang pernah kutemui. Aku pun meluncur melewati jalan-jalan utama Denpasar, mengagumi pahatan cantik (atau ukiran yah?) yang menjelma Ngurah Rai atau patung kereta kencana, serta menandai arsitektur rumah bali yang sarat filosofi.

Aku baru bingung ketika Bli Putu, sang sopir bertanya “Jimbarannya dimana, Mbak?”. Sekian detik… aku yakin Bli Putu pasti tau aku sangat ragu.
“Ehhhmm, kita cari masjid dulu ajah bli, ada kan yah?” (well yeah, stupid question)
Aku lupa nama masjidnya, tapi masih searah dari bandara, cuman ingat si Bli menyebut Masjid By Pass. Dan ketika akhirnya kembali ke taxi aku berkata pada Bli: “ke Mc Donald Jimbaran yah Bli”. Meski mengeryitkan dahi, Bli mengangguk saja.

Dan di sanalah aku sore itu…
Kembali ke tempat dimana aku pernah merasa begitu dekat denganmu, tempat dimana aku tau kau akan menjemputku, pasti menjemputku. Dulu…


Epilog:
Jalan kaki dari sana, aku menemukan Puri Jimbaran, dengan satu-satunya kamar tersisa, kamar 25, kamar yang sepenuhnya membuatku terjaga semalaman, entah karena apa. Aku baru lelap sesaat sebelum subuh merapat dan ingat jam 8 harus ke bandara. Aku tidak boleh telat kembali ke rumah.

Lalu pesan moralnya.. ehmm, bersiaplah terkejut berkali-kali kalo memilih jenis perjalanan tak tentu arah kek begini, trust me!!

3 komentar:

Mhd Wahyu NZ mengatakan...

jadi, ini maksudnya nyasar yg disengaja ke bali? kalau benar demikian, maka ijinkahlah... whuahahaha.... ada² saja...

dan entahlah, kenapa juga bali tidak pernah menarik hatiku untuk ke sana *binung sendiri* :|

Mhd Wahyu NZ mengatakan...

jadi, ini maksudnya adalah nyasar yg disengaja?
hahaha...

nop rianti mengatakan...

:hehehe.. yah.. bisa dibilang begitulah:p
ps: jauh sebelumnya, sayah juga gak pernah pengen ke sana koq, tapi waktu mengubah semua kan bang?