Bukan Pantai Kuta, bukan Tanah Lot, bukan Nusa Dua. Pertama kali ke Bali, aku justru ke tempat ini, Asian International School Bali, di Jimbaran. Adalah seorang Nurhisham Yusoff, penpal 2 tahun-ku yang mengabari keberadaan tempat ini, dan karenanya aku berterima kasih sekali.
Well, seperti kebanyakan sekolah bagus lainnya, sekolah ini dilengkapi dengan fasilitas baik. Gedung bak kastil, gym, kolam renang, sarana bermain, lapangan luas, kecanggihan IT. Masih ada lagi ruang Art n’ Music dan perpustakaan yang rapi. Tapi bukan semua itu yang bikin aku ingat terus tempat ini bahkan setelah seminggu kemudian (saat catatan ini dibuat). Melihat Mr. Sham, Mr. Koomar, Miss Debby mengajar, juga menyaksikan Miss Marilyn atau Mr. Steve atau Mr. Lucas berbicara tentang siswa mereka, aku melihat cinta. Passion.
Aah, lama sekali rasanya aku tidak menemukan itu, pada teman-teman berprofesi guru, pada dosen yang tiap weekend menjumpaiku, juga pada rekan-rekan di kantor, bahkan pada diriku sendiri.
Well, seperti kebanyakan sekolah bagus lainnya, sekolah ini dilengkapi dengan fasilitas baik. Gedung bak kastil, gym, kolam renang, sarana bermain, lapangan luas, kecanggihan IT. Masih ada lagi ruang Art n’ Music dan perpustakaan yang rapi. Tapi bukan semua itu yang bikin aku ingat terus tempat ini bahkan setelah seminggu kemudian (saat catatan ini dibuat). Melihat Mr. Sham, Mr. Koomar, Miss Debby mengajar, juga menyaksikan Miss Marilyn atau Mr. Steve atau Mr. Lucas berbicara tentang siswa mereka, aku melihat cinta. Passion.
Aah, lama sekali rasanya aku tidak menemukan itu, pada teman-teman berprofesi guru, pada dosen yang tiap weekend menjumpaiku, juga pada rekan-rekan di kantor, bahkan pada diriku sendiri.